Senin, 23 Maret 2009

Ketika gelap berkhianat

Ketika gelap
Mengkhianati terang
Dan berpihak
Pada kealpaan cahaya

Waktu belajar
’Tuk sekedar mengeja gulita
Mencoba mengerti arti kata
Sunyi, sepi dan sendiri

Lalu senyap pun berlagak
S’olah dia adalah guru
Paling tau akan arti

Satu kebenaran
Tak menyapa dalam sadarnya
Bahwa gelap tak pernah nyata
Ia hanyalah keadaan
Untuk menggambarkan
Ketiadaan cahaya...

22.03.09 11.14 p.m.

episode kata-kata

Ijinkan aku mengeja kata
Yang tlah terpahat
Di salah satu sudut
Dinding hatimu
Sejak rintik hujan pertama kita
Membuat jamur-jamur
Bertumbuh subur menemukan induk parasitnya

Kata yang mungkin
Hanya dapat terbaca
K’tika makna bersitatap dengan ucap
K’tika arti menjelma
Dalam rupa dan wujud
Cerita tentang kita...
Kemudian... ijinkanlah ku
’Tuk sekedar membacanya
Dan mencoba memaknainya
Untukku sendiri
(; dan kau pun tak perlu tau...)

22.03.09-3 a.m.

Jumat, 20 Maret 2009

Ajari aku berkata-kata

Ajari aku berkata-kata
Karna berkata-kata
Tak sekedar menghambur kata
Tanpa arti, tanpa makna

Karna berkata-kata
Butuh rasa, butuh seni, butuh ilmu
’Gar ucapmu tak terdengar
Hanya bagai sebait racau

Terdengung, menggema
Di seluruh penjuru kota
Dan kemudian hanya berakhir
Dalam kosong dan hampa
Tanpa ada yang peduli

Dan kemudian kau akan bilang
”Lebih baik aku diam saja...”

19.03.09

Selasa, 17 Maret 2009

Ups... we’re late...

Berawal dari pinjam-meminjam (ato sabotase,tepatnya-red) hape mama demi niatan irit pulsa sendiri buat sms, maka terciptalah kisah ini. Setali tiga uang sama si ade yang punya niatan yang sama, mengrongrong pulsa si mama yang lebih sering tersisa, sampe menumpuk padahal uda abis jatah waktu untuk diisi lagi.

Hari Sabtu malem, ga sengaja baca2 kotak ’berita terkirim’ di hape si mama, ada sms yang dikirim ole si ade, yang isinya tentang janjian pergi gereja bareng sama si temen yang kadang nebeng gereja, bunyinya ”Setengah 5 ya, jangan telat. Soalnya si cc suka ngomel2 kalo telat”.
Memang si cc ini biasanya komplain kalo telat pergi ke gereja, karena sudah terbiasa di gereja waktu di Bandung dulu, kalo telatnya lebih dari berapa menit, itu berarti pintu tertutup dan harus nunggu jam kebaktian berikutnya.

Sebaliknya untuk gereja sekarang dengan kapasitas ribuan orang, dan hall uda mirip stadion konser. Tapi salah satu kekurangannya (biasa, manusia selalu mencari kekurangan orang laen), entah menjadi budaya ato apa, disiplin jam kebaktian menjadi hal yang tidak terlalu penting bagi jemaat. Salah satu faktor pendukung, mungkin karena di depan tempat ibadah berjajar penjual dengan berbagai dagangan makanan dan minuman.

Tak sedikit juga orang yang lantas datang ke gereja seperti datang ke gedung bioskop, mesen tiket alias nge’tek’ tempat, trus ditinggal keluar lagi buat sekedar jajan di depan.
Bukan pemandangan aneh, apalagi pas event2 tertentu yang sudah bisa ditebak bakalan banyak orang dateng, maka akan berimbang dengan banyaknya kursi kosong di dalam tempat ibadah pada jam-jam awal, yang sudah ’diduduki’ buku catatan, alkitab, kotak pensil, dan sejenisnya.

Kembali ke cerita awal, nah... kebetulan pas banget, hari minggunya si pendeta yang namanya cukup terkenal baik di berbagai kota di Indonesia, bahkan internasional, sewaktu berkotbah, ada sedikit menyinggung masalah ’telat’ itu. Beliau bercerita dengan diselingi lelucon, sehingga membuat jemaat cekikik2 mengenai keterlambatan ini. Kemudian ada statement yang keluar bahwa janganlah kita terlambat datang ke gereja (atau pulang terlebih dahulu sebelum doa berkat) karena blessing yang kita terima juga akan berkurang. Begitu kotbah yang disampaikan. Jadi kalau jatahnya dapet berkat sekian, karena kita datang terlambat atau pulang lebih cepat, maka berkat yang kita terima menjadi tidak penuh.
Nah, berarti bener kan kata si cc tadi, bahwa jangan datang terlambat ke gereja!

Keesokan harinya, tiba2 si cc kepikiran lagi masalah telat dan berkat, dan merasa ada yang salah dengan statement si pendeta...

Karena yang membuat si cc jadi bawel dan rewel mengenai keterlambatan datang ke gereja bukan karena ketakutan kalo berkat yang diterima akan berkurang.

Setelah direnung2, apa yang salah dengan statement itu, barulah si cc menyadari. Seharusnya yang membuat seseorang takut datang terlambat ke gereja bukan karena takut kekurangan atau kehilangan berkat, tetapi seharusnya lebih karena takut sama Tuhan, karena (lagi)... ibadah itu adalah acaranya Tuhan, kita datang ke rumah Tuhan. Karena alasan itulah, maka kita harus menghormati ibadah itu dari awal sampe akhir, karena Tuhan hadir di sana. Bukankah ketika kita janjian dengan orang penting apalagi yang berhubungan dengan pekerjaan kita, maka kita akan berusaha sekuat tenaga untuk tidak ber-jam karet ria? Terlebih lagi ketika kita ’janjian’ untuk bertemu dengan Tuhan di dalam ibadah, kita harus menghormati Dia melebihi kita menghormati orang paling penting di dunia ini. Bukan begitu?!

Kamis, 12 Maret 2009

Kau dan Aku...

Ratapku tangisku
Laraku ranaku
Raguku risauku
Galauku resahku
Rapuhku sedihku

Kaulah harapku
Kaulah pelipurku

Penghiburku
Penjagaku
Penyelamatku
Tiang pengharapanku
Segala-galanya bagiku

Kaulah Tuhanku
Satu-Mu lebih dari cukupku

11.03.09, 11.40 p.m.